(Dewanagari)
alias Radeya (Dewanagari: Rādheya) adalah nama Raja Angga dalam wiracarita
Mahabharata. Ia menjadi pendukung utama pihak Korawa dalam perang besar melawan
Pandawa. Karna merupakan kakak tertua dari tiga diantara lima Pandawa:
Yudistira, Bimasena, dan Arjuna. Dalam bagian akhir perang besar tersebut,
Karna diangkat sebagai panglima pihak Korawa, dan akhirnya gugur di tangan
Arjuna. Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Karna menjunjung tinggi nilai-nilai
kesatria. Meski angkuh, ia juga seorang dermawan yang murah hati, terutama
kepada fakir miskin dan kaum brahmana. Menurut legenda, Karna merupakan pendiri
kota Karnal, terletak di negara bagian Haryana, India Utara.
Dalam
pewayangan Jawa, terdapat beberapa perbedaan mengenai kisah hidup Karna
dibandingkan dengan versi aslinya. Menurut versi ini, Karna mengetahui jati
dirinya bukan dari Kresna, melainkan dari Batara Narada. Dikisahkan bahwa,
meskipun Karna mengabdi pada Duryodana, namun ia berani menculik calon istri
pemimpin Korawa tersebut yang bernama Surtikanti putri Salya. Keduanya memang
terlibat hubungan asmara. Orang yang bisa menangkap Karna tidak lain adalah
Arjuna.
Pertarungan
keduanya kemudian dilerai oleh Narada dengan menceritakan kisah pembuangan
Karna sewaktu bayi dulu. Karna dan Arjuna kemudian bersamasama menumpas
pemberontakan Kalakarna raja Awangga, seorang bawahan Duryodana. Atas jasanya
itu, Duryodana merelakan Surtikanti menjadi istri Karna, bahkan Karna pun
diangkat sebagai raja Awangga menggantikan Kalakarna. Dari perkawinan itu lahir
dua orang putra bernama Warsasena dan Warsakusuma. Adapun versi Mahabharata
menyebut nama putra Karna adalah Wresasena, sedangkan nama istrinya adalah
Wrusali.
Perbedaan
selanjutnya ialah pusaka Konta yang diperoleh Karna bukan anugerah Batara
Indra, melainkan dari Batara Guru. Menurut versi ini Senjata Konta disebut
dengan nama Kuntawijayadanu, sebenarnya akan diberikan kepada Arjuna yang saat
itu sedang bertapa mencari pusaka untuk memotong tali pusar keponakannya, yaitu
Gatotkaca putra Bimasena. Dengan bantuan Batara Surya, Karna berhasil
mengelabui Batara Narada yang diutus Batara Guru untuk menemui Arjuna. Surya
yang menciptakan suasana remang-remang membuat Narada mengira Karna adalah
Arjuna. Ia pun memberikan Kuntawijaya kepadanya. Setelah menyadari
kekeliruannya, Narada pun pergi dan menemukan Arjuna yang asli. Arjuna berusaha
merebut Kuntawijaya dari tangan Karna. Setelah melewati pertarungan, Arjuna
hanya berhasil merebut sarung pusaka itu saja.
Meskipun
demikian, sarung tersebut terbuat dari kayu Mastaba yang bisa digunakan untuk
memotong tali pusar Gatotkaca. Anehnya, sarung Kunta kemudian masuk ke dalam
perut Gatotkaca menambah kekuatan bayi tersebut. Kelak, Gatotkaca tewas di
tangan Karna. Kuntawijaya musnah karena masuk ke dalam perut Gatotkaca, sebagai
pertanda bersatunya kembali pusaka dengan sarung pembungkusnya. Menurut versi
Jawa, pusaka pemberian Indra bukan bernama Konta, melainkan bernama Badaltulak.
Sama dengan versi aslinya, pusaka ini diperoleh Karna setelah pakaian perangnya
diminta oleh Indra.Karna versi Jawa sudah mengetahui bahwa ia adalah kakak tiri
para Pandawa sejak awal, yaitu menjelang perkawinannya dengan Surtikanti.
Jadi,
kedatangan Kresna menemuinya sewaktu menjadi duta ke Hastinapura bukan untuk
membuka jati dirinya, namun hanya untuk memintanya agar bergabung dengan
Pandawa. Karna menolak dengan alasan sebagai seorang kesatria, ia harus
menepati janji bahwa ia akan selalu setia kepada Duryodana. Kresna terus
mendesak bahwa dharma seorang kesatria yang lebih utama adalah menumpas angkara
murka. Dengan membela Duryodana, berarti Karna membela angkara murka.
Karena terus didesak, Karna terpaksa membuka
rahasia bahwa ia tetap membela Korawa supaya bisa menghasut Duryodana agar
berani berperang melawan Pandawa. Ia yakin bahwa angkara murka di Hastinapura
akan hilang bersama kematian Duryodana, dan yang bisa membunuhnya hanya para
Pandawa. Karna yakin bahwa jika perang meletus, dirinya pasti ikut menjadi
korban. Namun, ia telah bertekad untuk menyediakan diri sebagai tumbal demi
kebahagiaan adik-adiknya, para Pandawa.
Dalam
perang tersebut Karna akhirnya tewas di tangan Arjuna. Namun versi Jawa tidak
berakhir begitu saja. Keris pusaka Karna yang bernama Kaladite tiba-tiba
melesat ke arah leher Arjuna. Arjuna pun menangkisnya menggunakan keris
Kalanadah, peninggalan Gatotkaca. Kedua pusaka itu pun musnah bersama.
Surtikanti datang ke Kurusetra bersama Adirata. Melihat suaminya gugur,
Surtikanti pun bunuh diri di hadapan Arjuna. Adirata sedih dan berteriak menantang
Arjuna. Bimasena muncul menghardik ayah angkat Karna tersebut sehingga lari
ketakutan. Namun malangnya, Adirata terjatuh dan meninggal seketika.
Komentar
Posting Komentar